Senin, Oktober 20, 2008

Success in Our Home (Kesuksesan di Rumah Kita)

Translate to : by

Salah satu pengajaran Derek Prince yang saya translasikan :D ya, sebelum bikin artikel sendiri, belajar translasi dulu lah.hehe. Artikel asli dapat diperoleh dari : http://www.derekprince.org/


Kesuksesan di Rumah Kita
by: Derek Prince

Suatu hari, ketika saya sedang merenungkan hal ini, Tuhan berbicara pada roh saya, "Kamu mungkin sudah pergi ke seluruh dunia dengan koper mu dan berkhotbah ke ribuan orang. Dan ketika kamu selesai berkhotbah, orang-orang tersebut berkerumun di atas altar. Tapi jika rumah mu tidak terurus, maka di mata-Ku, kamu gagal"

Saya menyimpam perkataan Tuhan itu dalam hati saya karena saya memiliki hasrat yang sangat besar untuk menjadi sukses di hadapan Tuhan. Hasilnya, saya mendapat pengertian baru mengenai kehidupan rumah tangga dan tanggung jawab orang tua.

"Saya menulis kepada kamu, hai bapa-bapa"

Dalam 1 Yohanes 2:13, rasul Yohanes menulis "Saya menulis kepada kamu, hai bapa-bapa..". Saya akan melakukan hal yang sama. Saya hendak berbicara secara khusus kepada Anda yang adalah seorang bapa. Anda boleh saja sukses dalam setiap area kehidupan, tapi jika Anda gagal sebagai bapa, maka di mata Allah, Anda gagal dalam hidup.

Dalam Efesus 6:4, Paulus merangkum tanggung jawab seorang bapa dalam satu ayat: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan". Dalam Kolose 3:21, Paulus mengulangi peringatan yang pertama, "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu" dengan menambahkan "supaya jangan tawar hatinya". Ibu, tentu saja, mutlak terlibat dalam perawatan dan pendidikan anak-anak. Tapi walaupun demikian, tanggung jawab utama ada pada seorang bapa. Karena itu bapa harus memberikan waktu dan perhatian khusus pada setiap anaknya. Tidak ada dua anak dalam keluarga yang persis sama. Disiplin yang mendidik bagi satu anak mungkin dapat menghancurkan jika diterapkan kepada anak yang lain. Koreksi yang diterima dengan baik oleh seorang anak mungkin dapat menimbulkan pemberontakkan ketika diberikan ke anak yang lain.

Dalam banyak sesi konseling terhadap orang-orang dewasa, saya menemukan bahwa kebanyakan masalah yang mereka alami disebabkan oleh kejadian di masa lalu di mana bapa mereka membangkitkan amarah di dalam hati mereka melalui kemarahan, ketidakadilan atau pengabaian (kurangnya perhatian).

Rumah adalah pusat

Bukan hanya perjanjian baru yang meletakkan tanggung jawab ini kepada para bapa. Prinsip yang sama berlaku di dalam seluruh alkitab. Tuhan telah menetapkan bahwa kehidupan spiritual umatnya dipusatkan di rumah mereka masing-masing. Ulangan 11:18-21 berbicara langsung kepada para orang tua:


Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi.(Ulangan 11:18-21)

Therefore shall ye lay up these my words in your heart and in your soul, and bind them for a sign upon your hand, that they may be as frontlets between your eyes. And ye shall teach them your children, speaking of them when thou sittest in thine house, and when thou walkest by the way, when thou liest down, and when thou risest up. And thou shalt write them upon the door posts of thine house, and upon thy gates: That your days may be multiplied, and the days of your children, in the land which the LORD sware unto your fathers to give them, as the days of heaven upon the earth. (Deu 11:18-21 KJVR)


Tuhan meletakkan tanggung jawab khusus kepada orang tua. Tanggung jawab itu adalah untuk mengajarkan Firman dan jalan Tuhan kepada anak-anak kita di rumah. Tanggung jawab ini tidak bisa dipindahkan ke beberapa institusi seperti biara, gereja atau sekolah minggu. Tanggung jawab ini pun tidak bisa didelegasikan ke orang lain seperti pendeta, biarawan atau guru sekolah minggu. Sebagai orang tua, kita wajib mendidik anak-anak kita dalam firman dan jalan-jalan Tuhan.

Kebaktian keluarga perlu dilakukan. Tapi yang lebih penting, agar efektif, orang tua harus mengajarkan firman dan jalan Tuhan setiap saat dan terus menerus. Tuhan berkata: "apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun". Itu berarti meliputi waktu kita bangun dan juga waktu kita tidur. Kita bertugas menjalin pengajaran Firman Tuhan dengan kegiatan-kegiatan kita sehari-hari di rumah kita.

Dr. V. Raymond Edman, (mantan) presiden Wheaton College menulis: "Melihat kembali masa lalu, jika saya harus mengulangnya, saya akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka dalam kegiatan-kegiatan sederhana, bukan religius". Ia menemukan bahwa anak-anak lebih banyak mengingat waktu informal di mana mereka berkumpul bersama-sama orangtuanya. Komunikasi dengan yang sebenarnya dengan anak tidak dapat dicapai dalam 5 menit. Kebanyakan hal yang dianggap penting oleh anak-anak adalah hal-hal yang kita ucapkan tanpa kita sadari, yaitu kata-kata yang kebetulan atau begitu saja keluar dari mulut. Jika waktu-waktu itu tersebut tidak pernah ada, tidak mungkin ada hal-hal yang ditanamkan.

Surga di atas Bumi

Saat merenungkan ulangan 11:18-21 versi King James, saya terpikat pada frase kesimpulan: "seperti hari-hari di surga ada di atas bumi"; "as the days of heaven upon the earth". Kita sering mendengar penjelasan yang luar biasa tentang 'surga di bumi'. Saya sebelumnya tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut diambil dari alkitab. Tapi saya lebih terkejut lagi ketika menyadari bahwa hal tersebut terjadi dalam kehidupan keluarga umat Tuhan. Berapa banyak kehidupan keluarga Kristen sekarang ini yang menggambarkan surga di bumi?

Ini adalah tujuan Tuhan yang sebenarnya. Tuhan menghendaki tiap rumah menjadi gambaran sifat kehidupan surga di bumi. Kehidupan yang mencitrakan kekekalan hubungan antara tiga pribadi Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Kita sering berpikir bahwa kehidupan seperti di rumah di mulai oleh manusia. Tapi ternyata tidak begitu. Dalam Yohanes 14:2 Yesus berkata: "di drumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal". 'Rumah' dalam ayat injil memiliki makna yang lebih dalam dari sekedar material bangunan fisik. Kata ini digunakan untuk menggambarkan sebuah keluarga yang utuh di bawah kepemimpinan seorang bapa, bukan sekedar sejumlah orang yang tinggal seatap. Tuhan selalu memaksudkan makna yang lebih daripada itu, yaitu sesuatu yang terkait dengan sifat dari Allah sendiri.

Pembapaan, Kepemimpinan, Persekutuan

Relasi antara tiga pribadi Allah Tritunggal sangatlah intim dan terdiri dari tiga aspek kekal. Ini adalah tiga aspek yang Tuhan inginkan untuk diproyeksikan di dalam rumah kita di bumi. Yang pertama adalah pembapaan (fatherhood). Allah Bapa selalu menjadi bapa bagi Tuhan kita Yesus Kristus dan Yesus selalu menjadi anak-Nya. Dalam Efesus 3:14-15, Paulus berkata:


"Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan (keluarga) yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya." (ITB)
"For this cause I bow my knees unto the Father of our Lord Jesus Christ, Of whom the whole family in heaven and earth is named," (KJV)

Kata Yunani dari keluarga adalah patria, dibentuk dari kata pater yang berarti bapa. Alkitab New King James menggunakan kata family (keluarga) tapi J. B. Phillips Translation menggunakan kata fatherhood (pembapaan) yang adalah terjemahan lebih tepat dari bahasa yunani. Bagian ini tidak hanya menunjukkan bahwa Allah Bapa adalah Bapa dari Yesus, tapi juga menunjukkan tugas dari seorang ayah di muka bumi. Jadi sebenarnya tugas pembapaan di bumi diturunkan dari tugas Allah Bapa di surga. Karena itu seharusnya setiap pembapaan di bumi mencerminkan sifat Bapa di surga.

Aspek kekal kedua dari Allah Tritunggal adalah kepemipinan(headship). Dalam I Korintus 11:3 Paulus berkata "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.". Dalam tatanan alam semesta, kita menemukan bahwa kepemimpinan Bapa atas Kristus bersifat kekal.

Aspek kekal ketiga dalam hubungan di dalam pribadi Allah adalah persekutuan(fellowship). Dalam Yohanes 1:1 dijelaskan bahwa Firman (Kristus) bersama-sama dengan Allah Bapa dalam kekekalan. Arti lebih rinci dari 'bersama-sama' dalam bahasa yunani yang dipakai adalah 'pros' yang berarti 'berhadapan' atau 'bertemu muka dengan muka'. Yohanes 1:18 menjelaskan bahwa Yesus ada di pangkuan Bapa (di dada Bapa,dalam versi KJV). Hal ini menggambarkan indahnya kasih dan kebahagiaan hubungan Bapa dan Anak yang dijaga oleh Roh Kudus. Jelas, beberapa orang telah menjelaskan Roh Kudus sebagai "hubungan kasih antara Allah dan Anak".

Melalui injil dan Roh Kudus, Allah rindu menampilkan persekutuan yang kudus ini di dalam hidup kita di bumi. Dan secara khusus di dalam rumah kita. Dalam I Yohanes 1:3, rasul Yohanes menunjukkan undangan Allah untuk membagikan pada kita hubungan kekal dari surga:

Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (1Yoh 1:3)

Kita melihat bahwa surga telah menyediakan pola kekal dari sebuah rumah. Dan dalam pola iniada 3 aspek dari hubungan: pembapaan, kepemimpinan dan persekutuan. Jika rumah kita di bumi ada untuk memenuhi tujuan Allah yaitu menjadi sukses, maka rumah kita harus memiliki 3 hubungan ini.

Di dalam masyarakat kita, istri dikenal sebagai 'ibu rumah tangga'. Bagaimanapun, ini tidak sepenuhnya tepat. Dalam ekonomi Tuhan, pria lah kepala rumah tangga dalam pengertian bahwa pria lah yang menentukan kelangsungan rumah tangga. Bapa adalah kunci penegakkan rumah tangga. Pada pundak seorang bapa lah Tuhan meletakkan tanggung jawab dan otoritas untuk menegakkan rumah tangga yang memenuhi rancangan Bapa Surgawi yang penuh kasih. Ketika pria memenuhi posisinya yang sah, wanita mengambil posisi di sisinya sebagai penolong (Kejadian 2:20)

Rantai Otoritas

Kita melihat bahwa hubungan suami dan istri memiliki kepentingan yang melampaui waktu. Hubungan ini adalah gambaran dari hubungan antara Bapa dan Kristus. Mengacu kembali pada I Korintus 11:3, kita menemukan bahwa ada rantai otoritas yang jelas yang berasal dari Allah sendiri dan diperluas ke rumah tangga. Allah Bapa adalah kepala dari Kristus, Kristus adalah kepala dari pria atau suami, suami adalah kepala dari wanita atau isteri. Seluruh otoritas diturunkan dari Bapa dan akan kembali kepadaNya. Kristus memiliki otoritas karena Ia tunduk kepada Bapa; suami memiliki otoritas karena tunduk kepada Kristus; isteri memiliki otoritas karena tunduk kepada suami.

Seorang perwira Roma bijaksana yang memiliki seorang hamba yang sakit datang kepada Yesus untuk meminta kesembuhan bagi hambanya itu. Karena ia telah mengamati hidup dan muzizat dari Yesus, Ia memperkenalkan dirinya seperti: "Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."(Luk 7:8). Ia tidak berkata seperti sebagian dari kita "Saya punya kekuasaan". Tidak, ia sadar bahwa ia otoritasnya atas pasukan di bawahnya bergantung pada fakta bahwa ia sendiri berada di bawah otoritas. Sebagai pegawai Roma, ia adalah mata rantai/penyambung dari Kaisar sendiri. Demikianlah, siapapun yang menolak perintah perwira ini berarti menolak perintah kaisar.

Saat memperkenalkan dirinya pada Yesus, perwira itu berkata: "Sebab aku sendiri (juga) seorang bawahan" ;" For I also am a man set under authority". Kenapa ia menggunakan kata juga (also)? Karena ia membandingkan dirinya dengan Yesus. Ia melihat prinsip yang diterapkan dalam perintah militernya juga diterapkan dalam pelayanan Yesus. Yesus juga, adalah "seorang bawahan";"man set under authority". Seperti hal nya otoritas perwira tersebut bergantung pada hubungannya dengan kaisar, demikian juga otoritas Yesus bergantung pada penyerahan total diri-Nya kepada Bapa-Nya. Dalam setiap area, prinsip ini berlaku : untuk memiliki kekuasaan, kita harus berada di bawah kekuasaan.

translated by yohanes

2 komentar:

Anonim 11:07 AM  

wew... gerah ya?? ;))

Hahahaha....

Lo kemana aja? Kok jrg OL.. gue lagi merasa kering rohani nih...

Unknown 12:47 PM  

emang klo kering dan gerah kudu disiram.hehe.

gw tetep di depan komputer si, tapi udah jarang ol di YM klo kerjaan lagi banyak :p

jadi klo mau ngobrol, via email ato message face book aja :D hehe

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

  © Blogger template 'A Click Apart' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP